Kita Adalah Pembuat Karma kita sendiri mewarisi karma kita sendiri dah terlahir oleh karma kita sendiri......

Senin, 17 Oktober 2011

kasih seorang ayah

“Ayah itu pahlawan karena seorang ayah akan melupakan apa yang dia inginkan, agar bisa memberikan apa yang anaknya butuhkan…”
Tidak pernah menjadi masalah, siapa ayah saya. Yang terpenting ayah saya adalah sosok yang mengasihi saya.

Aku tidak pernah malu. Sedikit pun! Aku bangga dengan wajahku. Meski aku tak seperti ayah lainnya. Meski terkadang aku harus menerima kenyataan kalau putraku satu-satunyalah yang justru malu dengan keadaanku.
Hanya dia yang menjadi penghiburku setelah istriku pergi untuk selama-lamanya ketika Rio masih berumur tujuh bulan.
Membesarkan semata wayangku dengan apa adanya yang aku punya. Tapi aku selalu memimpikan Rio Lie tidak menjadi apa adanya melainkan menjadi anak yang luar biasa.
Sampai saat ini aku memilih menduda dan berkomitmen membesarkan Rio sendiri. Tidak mudah sebenarnya. Tapi semuanya dapat aku lakukan karena aku sangat mengasihi Rio.
Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang telah aku lakukan. Aku tidak pernah menyesal mengorbankan banyak hal untuk Rio. Meski kebaikan dan pengorbananku itu dibalas dengan kebencian.
“Papa! Aku tidak mau papa datang ke sekolahku lagi!” teriak Rio begitu tiba di rumah.
Aku menghela nafas yang panjang. Ternyata kehadiranku tadi pagi ke sekolah untuk menggantarkan bukunya yang tertinggal membuatnya marah seperti ini.
“Tapi, Rio…”
Belum sempat aku menjelaskan semuanya, Rio memotong kalimatku. “Aku malu, pa! Rio malu di ledekin sama teman-teman Rio! Rio tidak mau sekolah lagi!”
Seperti ada bongkahan batu besar yang menimpa hatiku. Perih! Sakit!
Pada akhirnya aku pasrah! Tidak ada pilihan lain selain memindahkan Rio ke sekolah lain. Kalau tidak, dia tidak akan mau sekolah.
Seorang ayah pasti rindu jalan bersama dengan anak semata wayangnya. Demikian juga aku. Tapi semua kerinduan itu harus aku pendam. Aku tahu, Rio pasti tidak akan mau jalan bersamaku. Aku harus memaklumi, Rio yang sudah beranjak remaja itu pasti malu dengan keadaanku ini.
Aku tidak menolak keinginannya sama sekali untuk memilih kos ketika Rio kuliah. Padahal jarak rumah dengan kampus hanya tiga puluh menit.
*****
Aku membungkus kado istimewa untuk Rio. Hari ini dia merayakan ulang tahunnya yang ke sembilan belas tahun. Aku nekad mendatangi kampusnya. Aku ingin sekali memberikan secara langsung kado istimewa ini untuknya.
“Rio!” teriaku ketika melihatnya berjalan ke arah pintu gerbang kampus.
Aku yang hampir tiga jam menunggu di warung terdekat tersenyum manis. Sudah hampir empat bulan Rio tidak pulang ke rumah. Sungguh, aku rindu kepadanya.
Rio berlari kecil menghampiriku. Aku mengangkat ke dua tanganku ketika Rio mendekatiku. Aku ingin sekali memeluknya untuk melepaskan kerinduanku padanya.
Tapi Rio menyeret tanganku. Mengiringku ke tempat yang sepi!
“Papa! Apa-apan ini? Rio kan sudah bilang! Papa tidak perlu menjenguk Rio.”
Dengan mata yang berkaca-kaca, aku hanya mampu mengucapkan “Selamat ulang tahun, Rio!”. Detik berikutnya aku menyerahkan kado yang sudah aku siapkan. Aku menepuk-nepuk pundakknya lalu beranjak pergi.
Aku cukup mengerti kenapa Rio bersikap demikian. Namun aku berharap, Rio membaca surat yang aku selipkan di kado istimewa yang telah aku berikan.
*****
Rio…
Selamat ulang tahun, nak. Maafkan papa kalau papa tidak seperti papa lainnya. Papa sungguh mengerti perasaan kamu. Papa tidak menyalahkanmu nak.
Tapi kamu harus tahu satu rahasia yang papa simpan saat ini. Dulu, papa memiliki mata yang normal. Kedua bola mata papa bisa melihat dengan baik. Tapi, papa dengan senang hati mendonorkan salah satu bola mata papa untukmu. Kamu tahu kenapa?
Papa mengasihimu, nak! Ketika dokter mengatakan salah satu matamu tidak berfungsi seperti anak normal lainnya. Papa memutuskan, papa tidak rela kalau kamu dewasa nanti menjadi minder karena tidak memiliki mata yang normal seperti anak lainnya.
Rio…
Papa sudah melakukan bagian papa untukmu. Simpan baik-baik Alkitab yang papa berikan. Maafkan papa kalau uang kertasnya lusuh dan banyak uang koin. Hanya itu yang bisa papa berikan untukmu.
Papa tidak tahu kado apa yang kamu suka. Belilah kado yang kamu inginkan dengan uang tersebut. Maafkan papa kalau papa tidak bisa membelikan kamu kado yang mahal.
Sekali lagi papa ucapkan, selamat ulang tahun Rio!
Yang mengasihimu,
PAPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar