Dengan lembut dia membuka matanya dan sinar matahari yang hangat
menyinari wajahnya. Dia sedang berbaring di rumput hijau yang lembut dan
semilir angin menerpa wajahnya. Ayahnya duduk di bawah pohon hanya
beberapa kaki disamping sungai yang mengalir.
“Kamu sudah bangun,” ujar ayahnya sambil tersenyum.
“Aku ketiduran ayah..”
“Ya, anakku.”
“Aku bermimpi ayah.”
Ayahnya bangun dan duduk di sampingnya. “Kamu mau bercerita pada ayah tentang apa itu?”
“Itu
sangat nyata ayah. Aku bermimpi sebuah misil jatuh dari langit dan
anak-anak kecil, bahkan yang lebih muda dariku terluka dan terbunuh.
Dunia dalam keadaan kacau. Ada jutaan orang miskin ayah, bahkan tidak
dapat cukup makan. Ada banyak gelandangan dan orang miskin. Disana juga
terjadi badai dan berbagai bencana. Orang-orang selalu berkelahi satu
sama lain – merebutkan tanah, kekuasaan, minyak dan uang. Hutan hujan
mulai mati ayah, dan banyak jenis hewan dalam keadaan bahaya dan juga
bumi mulai memanas! Dan aku bermimpi bertumbuh dewasa di dunia yang
seperti ini dan aku menjalani waktu-waktu senang dan sedih. Aku juga
menjalani sebuah kehidupan ayah. Benar! Aku memiliki istri dan
anak-anak, dan itu sangat cepat kau tahu. Semua berlalu dengan cepat.
Dan aku merasakan banyak hal. Aku merasakan ketakutan, sukacita, ada
juga kuatir dan berpengharapan. Seringkali juga aku merasa tidak
berdaya. Dan di banyak waktu aku merasa kesepian. Lebih buruk lagi ayah,
aku tidak tahu dimana kamu. Aku sepertinya tahu kamu di suatu tempat
dan saya terus berseru memanggilmu. Terkadang aku kehilangan harapan dan
mengatakan pada diri sendiri bahwa engkau tidak ada. Tetapi jauh di
dalam hatiku merasa bahwa engkau ada di suatu tempat. Ketika aku mulai
dewasa, aku mulai berhenti mencarimu di luar sana dan mulai mencari ke
dalam. Memang sangat aneh, tapi aku merasa engkau bagian dari diri saya
ayah sama seperti aku adalah bagian dari dirimu. Aku dalam kepenuhanmu
dan kemudian aku terbangun!”
Ayahnya memandang anak itu dengan mata penuh kasih. “Itu hanyalah mimpi anakku!”
“Berapa lama aku tidur ayah?”
“Hmmm mungkin 5 menit.. tidak lebih.”
“Wow! Semua itu terjadi hanya 5 menit?”
Anak itu memandangi ayahnya beberapa saat.
”Ayah, itu mimpi pertama saya.”
“Saya tahu anakku.. dan yang terakhir.. jika engkau memilihnya.”
“Ayah?”
“Ya, anakku?”
“Apakah engkau tahu aku sedang bermimpi?”
“Ya, tentu saja.”
Anak itu terdiam sebentar.
“Jadi ayah, selama bagian-bagian buruk dari mimpi itu apakah engkau tahu aku menderita?”
“Anakku, kamu mungkin mengalami penderitaan dalam mimpi itu, tapi dalam kenyataannya kamu aman di dekat saya.”
“Tapi engkau bisa membangunkan saya?”
“Saya
bisa, tapi saya tidak melakukannya. Kamu akan terbangun dari awal. Itu
mungkin menakutkan kamu menjalani semua itu. Namun, kamu dapat keluar
dari mimpi itu dengan caramu sendiri. Kamu memilih untuk masuk dalam
dunia mimpi itu. Jadi yang terbaik jika kamu yang memilih keluar
sendiri.”
Anak itu berdiri dari rerumputan itu.
“Ayah?”
“Ya, anakku.”
“Aku mencintaimu.”
“Saya tahu, anakku. Kita saling mencintai.”
Sama
seperti anak itu, Anda mungkin diijinkan Tuhan menjalani kehidupan
dengan berbagai masalah, dan juga suka dukanya. Namun satu hal yang
pasti, Tuhan ada bersama Anda apapun keadaannya dan Anda aman
bersama-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar